Menimbang-nimbang Berganti 3G ke 4G



Cepat dan super cepat adalah kata-kata yang dipakai operator menggambarkan 4G. Alasan inilah yang memaksa pengguna berganti pada smartphone baru dan jaringan baru.

Sayangnya, generasi keempat nirkabel (4G) tak akan memperbaiki drop call, atau segudang masalah layanan lain yang ada, disamping bisa saja timbul masalah baru bagi pengguna yang melewati daerah yang tak memiliki cakup jangkauan jaringan 4G.
Para ahli memperingatkan, nirkabel yang lebih cepat bisa menyebabkan konsumsi data meningkat. Artinya, potensi tagihan akan menjadi lebih besar. Generasi keempat nirkabel bisa 10 kali lebih cepat dari generasi ketiga nirkabel (3G).
Alhasil, konsumen bisa menjelajah web, unduh lagu dan streaming film dengan lebih cepat, dan berpotensi lebih sering. Perusahaan nirkabel Amerika Serikat (AS) juga berjanji membuat jaringan 4G yang akan membantu membawa akses broadband ke daerah pedesaan yang saat ini kekurangan layanan Internet cepat yang handal.
“Seiring meningkatnya bandwidth, konten yang disampaikan akan lebih kaya dan lebih beragam. Hal ini memberi insentif penggunaan lebih banyak layanan dan bandwidth,” kata Harry Wang dari firma riset teknologi dan konsultan Parks Associates.
Pengguna tablet PC yang saat ini sedang tumbuh menjadi rentan ‘menguap’ akibat cepatnya perkembangan bandwidth. Meski layar smartphone kecil, beberapa pengguna mungkin memakai perangkat ini untuk menonton film.
Tablet sendiri yang berjalan di jaringan sama dengan ponsel diarahkan untuk mendorong orang mengunduh lebih banyak konten. Banyak laporan menunjukkan, konsumen mengonsumsi lebih banyak data seiring maraknya smartphone.
Misalnya, AT&T menyatakan pengguna terberat mengonsumsi 2GB tiap bulan (batas atas penggunaan data). Selain itu, diketahui volume data jaringan mobile broadband meningkat 8.000% empat tahun terakhir. Menurut operator yang resmi masuk Indonesia itu, pada 2015, jaringan akan menangani jumlah trafik data yang sama di 1 Januari hingga 15 Februari.
Menurut perhitungan AT&T, 2GB bisa habis dalam satu bulan untuk akses media, di samping browsing web dan kirim email. Katakan, pengguna smartphone mendengar sekitar satu jam musik dan menonton 20 menit video tiap hari, jumlah itu sudah masuk batas 2 GB. Mengunduh musik, film, aplikasi atau buku akan butuh lebih banyak data.
Perlu diketahui, jika melebihi batas tersebut, pengguna akan dikenai biaya tambahan. Di AT&T, tiap kelebihan 1 GB dikenai biaya US$10 (Rp86 ribu). Menurut Art Brodsky dari Public Knowledge, “Jika membeli program berbasis kecepatan tinggi, dan Anda terlalu sering menggunakannya, Anda akan mendapat lebih banyak tagihan”.
Diketahui seperti ditulis Huffingtonpost, AT&T menarik biaya US$25 (Rp215 ribu) untuk 2GB tiap bulannya, dan US$10 (Rp86 ribu) untuk tiap GB melewati batas. Bahkan dengan kecepatan tinggi, jaringan 4G tak akan memperbaiki masalah yang sudah ada.
Termasuk, drop call, jangkauan dan kecepatan lambat di waktu puncak. Beberapa ahli menyatakan khawatir jaringan 4G akan kewalahan sendiri seperti 3G. Selain itu, 4G sendiri meluas di tiap kota.
Bagi pengguna jaringan 4G baru, dipastikan akan merasa tak nyaman saat keluar dari zona cakupan 4G. Pada Verizon, operator ini tak berencana memasukkan jaringan teleponnya ke jaringan 4G dan menggunakan jaringan 3G sebagai gantinya.
Hal tersebut bisa menyebabkan drop call bagi pengguna yang keluar dari zona cakupan 4G. Dalam hal akses umum, konsumen mengaku lag yang cukup besar saat beralih dari dua jaringan ini.
Verizon mengaku, beralih dari 4G ke 3G merupakan hal otomatis namun tidak sebaliknya. Proses harus dilakukan secara manual dan hal ini bisa menguras baterai. Meski operator mengagungkan manfaat 4G, para ahli mengatakan, pada 2015, hanya 5% pengguna internet mobile masuk jaringan berkecepatan tinggi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SKEP/43/III/2007 Tentang Penanganan Liquid Aerosol Gel dalam Penerbangan

Tips memilih ipad/iphone berdasar kapasitas memori

7 Puncak tertinggi Dunia